Selasa, 25 November 2008

HUBUNGAN ANTARA VAKSINASI DENGAN KEJADIAN AUTISME PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI DESA KRAGILAN KABUPATEN SERANG TAHUN 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang
Berbagai pernyataan, berita dan kesaksian yang menghubungkan antara pemberian vaksinasi dengan terjadinya autisme pada anak telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan vaksin beberapa thun belakangan ini . hal itu mengakibatkan banyaknya orang tua yang menolak membawa anaknya untuk di imunisasi. Dengan demikian, anak-anak tidak akan mendapatkan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang justru sangat berbahaya.
Menurut Prof.Dr. Irwan Darmansyah, SpFK vaksin mengandung suatu senyawa merkuri organic yang ssering dikenal dengan sebutan Thimerosal yang memiliki fungsi untuk mencegah perkembang biakan jamur atu bakteri selama proses manufacturing (pembuatan, pengemasan, pengiriman, penyimpanan, pengunaan). Dan menurut Jaquelyn Mc Candless, MD menyebutkan bahwa thimoresal mengandung etil merkuri hingga melebihi ambang batas. Kelebihan ini tidak dapat ditoleransi oleh tubuh sebagian anak sehingga menjadi berbahaya dan kemudian memicu autisme.
Dari hasil survey data yang dipublikasikan oleh majalah The Lancet awal tahun 1998 yang melaporkan bahwa telah ditemukan gangguan tingkah laku pada 8 dari 12 (66,7%) anak setelah mendapatkan imunisasi.
Setelah menyimak lebih lanjut isu yang berkembang di masyarakat akan keterkaitan kejadian autisme dengan pemberian vaksinasi. Isu tersebut masih kontroversi dan belum dipahami dengan jelas, bila hal tersebut dibiarkan berkembang di masyarakat, dapat berdampak menurunnya antusiasme masyarakat untuk bersedia diberikan vaksinasi, sehingga dapat mempengaruhi rendahnya tingkat kekebalan tubuh terhadap penyakit jika tidak dilakukan vaksinasi. Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang kejadian autisme dengan pemberian vaksinasi.

1.2 Rumusan Masalah
Semakin rendahnya antusiasme ibu yang membawa anaknya untuk di vaksinasi

1.3 Pertanyaan Penelitian
1.3.1 Apakah ada hubungan antara pemberian vaksinasi dengan kejadian autisme?
1.3.2 Bagaimana kejadian autisme pada anak yang diberikan vaksin?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian vaksin dengan kejadian autisme pada anak
1.4.2 Tujuan khusus
1.4.2.1 Mengetahui besarnya kejadian autisme.
1.4.2.2 Mengetahui pemberian vaksin pada anak.
1.4.2.3 Mengetahui pengaruh vaksin pada kejadian autisme.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Untuk petugas
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan atau dasar dalam menyusun rencana penyuluhan pada masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan pentingnya pemberian vaksin pada anak
1.5.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkkan kesaadaran masyarakkat tentang pentingnya vaksinasi.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. VAKSINASI
Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksinasi sering juga disebut imunisasi. (Wikipedia)
Vaksin berasal dari kata Vaccinia yaitu penyebab cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar. Pengertian vaksin itu sendiri adalah bahan antigenic yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar.
Semua vaksin mempunyai 3 jenis bahan utama, antara lain :
1. Bahan kuman.
Bahan kuman adalah organisme hidup berupa virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau berupa virus dan bakteri yang telah dibunuh atau tidak aktif atau juga berupa toksoid yang terbuat dari toksin (racun) yang sudah di non-aktifkan yang diproduksi oleh virus dan bakteri.
2. Bahan-bahan yang ditambahkan untuk menjalankan berbagai fungsi.
Adapun bahan-bahan tambahan yang dimasukkan dalam vaksin, antara lain :
§ Aluminium
Aluminium berfungsi untuk mendorong fungsi antibodi. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab kejang, alzhaimer, kerusakan otak dan dementia (pikun). Aluminium terdapat dalam vaksin DPT, DaPT dan hepatitis B.
§ Formaldehida (formalin).
Formaldehyde (formalin) digunakan untuk menon-aktifkan kuman. Formalin dikenal sebagai bahan karsinoma (penyebab kanker).
§ Fenol.
Fenol dalam dosis tertentu sangat beracun dan lebih membahayakan daripada sekedar merangsang imun, sehingga dianggap berlawanan dengan tujuan pembuatan vaksin. Fenol antara lain digunakan dalam proses pembuatan vaksin tifoid.
§ Thimerosal
Thimerosal berfungsi sebagai pengawet. Bahan ini mengandung hamper 50 persen etilmerkuri yang berarti mempunyai sifat seperti air raksa.
§ Gelatin
Gelatin merupakan bahan yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang terdapat pada tulang dan kulit hewan terutama sapi dan babi. Gelatin antara lain digunakan dalam proses pembuatan vaksin MMR dan varicella. Bahayanya sama seperti bahaya pada formalin.
§ Benzetonium klorida, glutamate, neomisin.
3. Biakan dimana vaksin dibuat.
Dalam proses pembuatan vaksin, bakteri yang beracun atau virus yang hidup akan dilemahkan dengan cara berulang-ulang dilewatkan melalui suatu media biakan antara lain jaringan otak kelinci, jaringan marmot, jaringan ginjal anjing, jaringan ginjal monyet, embrio ayam, atau protein telur ayam atau bebek dan kerap kali menggunakan jaringan janin manusia yang digugurkan.
Protein hewani yang berasal dari media biakan vaksin akan masuk ke dalam tubuh manusia tanpa melalui proses pencernaan (melalui suntikan langsung ke dalam aliran darah). Protein yang tidak dicerna adalah penyebab utama alergi dan juga bisa menyerang jaringan pelindung sel-sel syaraf dan menimbulkan kerusakan dalam system syaraf.

B. AUTISME
1. Pengertian autisme
Autisme adalah ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki daripada anak perempuan.
2. Penyebab Autisme
Penyebab autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti, tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin hepatitis B dan MMR bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme.hal ini dikarenakan vaksin tersebut mengandung zat pengawet thimerosal yang terdiri dari etilmerkuri yang menjadi penyebab utama syndrome autisme spectrum disorder.
3. Tanda-Tanda autisme
a. Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata.
b. Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar.
c. Tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain.
d. Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan).
e. Serasa dia punya dunianya sendiri.
f. Tidak suka berbicara dengan orang lain.
g. Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain.
4. Bagian tubuh yang terlibat dalam terjadinya autisme
a. Otak.
b. System imun.
c. Saluran pencernaan


BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 KERANGKA KONSEP

VAKSINASI dihubungkan dengan tanda panah AUTISME

3.2 DEFINISI OPERASIONAL
Vaksinasi : Pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu
Cara ukur : Wawancara.
Alat ukur : KMS.
Hasil ukur : 1. Dimunisasi apabila pernah mendapat vaksin.
2. Tidak diimunisasi apabila sama sekali tidak mendapat vaksin
Skala ukur : Nominal.

Autisme : Ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan dan pola sikap
Cara ukur : Observasi dan wawancara.
Alat ukur : Pedoman observasi.
Hasil ukur : 1. Autis apabila menunjukkan gejala-gejala autisme.
2. Tidak autis apabila tidak menunjukkan gejala-gejala autisme
Skala ukur : Nominal.

3.3 HIPOTESIS
Terdapat hubungan antara Vaksinasi dengan kejadian.autisme pada anak di desa kragilan kabupaten serang


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 DESAIN STUDI
Berdasarkan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control.

4.2 POPULASI DAN SAMPEL
4.2.1 Populasi adalah semua anak yang berumur 1 sampai 5 tahun yang menetap di desa kragilan kabupaten serang pada tahun 2008.
4.2.2 Sample adalah sebagian anak yang berumur 1 sampai 5 tahun yang menetap di desa kragilan kabupaten serang pada tahun 2008 sebanyak 20 anak.

4.3 PROSES PENGUMPULAN DATA
Metode wawancara dan observasi.

4.4 INSTRUMEN
KMS dan pedoman observasi.

4.5 MANAJEMEN DAN ANALISIS DATA
4.5.1 Editing atau mengedit data, bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara criteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.
4.5.2 Coding atau mengkode data, bertujuan menguantifikasi data kualitatif atau membedakan aneka karakter. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam pengelolaan data baik secara manual, menggunakan kalkulator maupun computer.
4.5.3 Tabulasi data, baik tabulasi data mentah maupun table kerja untuk menghitung data tertentu secara statistic.
4.5.4 Uji asumsi statistic menentukan rumus yang tepat untuk digunakan dalam rangka analisis atau pengolahan data penelitian. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus kai kuadrat, untuk analisis bivariat sedangkan secara univariat dengan dianalisi besarnya proporsi kejadian autisme dan proporsi vaksinasi yang dilakukan pada sample.

4.6 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu : 1 bulan, dimulai dari tanggal 1 sampai 30 November 2008 dan pelaksanaan penelitian dilakukan setiap hari pada pukul 14.00-16.00 WIB.
Tempat : Desa kragilan (masyarakat).

4.7 KETERBATASAN PENELITIAN
Menggunakan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh responden. Oleh karena itu, peneliti harus menyesuaikan diri dengan bahasa yang digunakan oleh responden, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi.
from : mahasiswi politeknik kesehatan bandung perwakilan jurusan kebidanan rangkasbitung jalum tingkat III

Tidak ada komentar: