Rabu, 26 November 2008

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PSK REMAJA DENGAN KEJADIAN PMS

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Alasan kemampuan atau keterampilan yang tidak dimiliki sama sekali atau uang yang dibutuhkan sebagai modal untuk usaha lain membuat remaja memilih PSK sebagai tempat atau satu-satunya alternative yang paling mudah dan gampang, dimana mereka dapat mengusahakan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Penyebab remaja memasuki dunia PSK adalah kurangnya perhatian, hilangnya harmonisasi dan terbatasnya komunikasi dalam keluarga yang membuta mereka kemudian menekuni pekerjaan sebagai PSK. Hal itu juga dikemukakan oleh manuaba (1998), bahwa sikap moral yang berorientasi matrealistis telah mengubah gejala untuk ikut serta menikmatinya, dan memerlukan biaya yang dipecahkan oleh teman sebayanya. Demikian yang ditemukan pada responden yang mengatakan “Dalam keluarga terlalu keras, jarang berkumpul bersama-sama. Masing-masing orang sibuk dengan kegiatannya sendiri dan mementingkan dirinya saja. Masing-masing orang hidup untuk dirinya sendiri”.
Tetapi keinginan untuk mencari dan mengumpulkan uang menjadi pusat perhatian membuat mereka kurang memperhatikan dampak dari pekerjaannya, misalnya kemungkinan mengidap penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual (PMS) merupakan salah satu infeksi saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Yang mereka hindari dan hanya menaruh perhatian adalah keadaan yang dapat membuat mereka tidak bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti hamil.
Dihubungkan dengan lama mereka melakukan praktek sebagai PSK, maka pengetahuan remaja tentang PMS sangat minim. Pengetahuan mereka hanya terbatas pada akibat penyakit yang umum terjadi. Pengetahuan yang berhubungan dengan gejala-gejala dan pola-pola pencegahan pada umumnya masih sangat kurang. Padahal pengetahuan ini justru sangat dibutuhkan untuk mencegah kemungkinan seseorang tertular PMS. Minimnya pengetahuan mereka turut mempengaruhi upaya penanggulangan yang perlu dilakukan, sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan. Demikian pula apa yang dilaporkan oleh DEPKES RI (2005), bahwa hanya 24% remaja mengetahui tentang IMS/PMS.
Rendahnya pengetahuan remaja PSK tentang cara penularannya dan gejala yang diperlihatkan seseorang yang menderita PMS akan turut berpengaruh pada perilaku seks mereka. Pengetahuan dan pemahaman yang tidak jelas terhadap orang dengan gejala dan tanda PMS membuat remaja PSK tidak mewaspadai pelanggan yang berpotensi menularkan penyakit tersebut pada waktu melayaninya. Melalui pengalaman yang menurut mereka aman-aman inilah membuat remaja PSK semakin mempunyai kepastian untuk meneruskan pekerjaan mereka menjadi PSK dan melakukan hubungan seks dengan pelanggan dengan pemikiran tidak akan mungkin tertular PMS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya pengetahuan PSK remaja terhadap penularan penyakit melalui hubungan seksual.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara pengetahuan PSK remaja dengan kejadian PMS di kota Merak, provinsi Banten?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mengkaji hubungan tingkat pengetahuan PSK remaja tentang pencegahan kejadian PMS dengan kejadian infeksi PMS.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.5.1 Peneliti.
Untuk menambah wawasan, pengetahuan serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat selama kuliah, kedalam dunia kerja maupun kehidupan masyarakat agar kelak angka kejadian PMS dapat berkurang.
1.5.2 Dinas kesehatan.
Untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-upaya pencegahan PMS khususnya di wilayah kota Merak, provinsi Banten.
BAB II TINJAUAN TEORI.
2.1 Penyakit menular seksual.
2.2 Pengetahuan.
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep.
Pengetahuan PSK Remaja dihubungkan dengan tanda panah Kejadian PMS
3.2 Definisi Operasional.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang yang tidak dibatasi pada deskriptif, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara probabilitas adalah benar atau berguna.
Cara ukur : wawancara.
Alat ukur : kuesioner (daftar pertanyaan).
Hasil ukur :
1. Pengetahuan PSK remaja dikatakan rendah jika nilai kurang dari rata-rata.
2. pengetahuan PSK remaja dikatakan tinggi jika nilai lebih dari atau sama dengan rata-rata.
Skala ukur : ordinal.

Kejadian PMS adalah suatu keadaan infeksi alat reproduksi PSK remaja yang disebabkan karena perilakunya sebagai pekerja seks.
Cara ukur : pemeriksaan laboratorium.
Alat ukur : set alat laboratorium.
Hasil ukur :
1. dinyatakan positif apabila hasil pemeriksaan menunjukkan PSK remaja didiagnosa terkena PMS.
2. dinyatakan negative apabila hasil pemeriksaan menunjukkan PSK remaja didiagnosa tidak terkena PMS.
Skala ukur : ordinal.
3.3 Hipotesis.
Terdapat hubungan antara pengetahuan PSK remaja dengan kejadian PMS.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Studi.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komprehensif yang menggunakan desain cross seksional.
4.2 Populasi dan sample.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PSK remaja di kota Merak, provinsi Banten tahun 2008. dimana jumlah sample penelitian adalah 100 PSK remaja di kota Merak tahun 2008. sample diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling.
4.3 Proses pengumpulan data.
Untuk variable pengetahuan memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) dengan 20 pertanyaan terbuka kepada PSK remaja, sedangkan untuk variable kejadian PMS dilakukan pemeriksaan secret vagina.
4.4 Instrument.
Instrument dalam penelitian ini meliputi daftar pertanyaan (kuesioner) terbuka untuk mengetahui tingkat pengetahuan PSK remaja mengenai pencegahan kejadian PMS dan alat laboratorium untuk pemeriksaan secret vagina.
4.5 Manajemen dan analisis data.
Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan PSK remaja dengan kejadian PMS, dilakukan teknik analisis data dengan menguji hipotesis penelitian tentang pengaruh variable independent terhadap variable dependent menggunakan uji kai kuadrat dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0,05). Sedangkan hasil yang diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menurunkan angka kejadian PMS.
4.6 Waktu dan tempat penelitian.
Penelitian dilakukan di kota Merak, provinsi Banten mulai tanggal 1-31 Desember 2008.
4.7 Keterbatasan penelitian.
Kurangnya keterbukaan PSK remaja dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Hal ini dapat diminimalisir dengan menciptakan suasana yang nyaman sehingga menimbulkan rasa percaya terhadap pewawancara.
from : mahasiswi politeknik kesehatan bandung perwakilan jurusan kebidanan rangkasbitung jalum tingkat III

Tidak ada komentar: