Rabu, 26 November 2008

HUBUNGAN ANTARA SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.

Baik tidaknya proses tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor sosial, pelayanana kesehatan, gizi dan lain sebagainya. kecukupan akan zat gizi pada masa bayi umur 0-6 bulan dapat diperoleh dari ASI tanpa tambahan makanan lain (ASI eksklusif).
ASI merupakan yang terbaik bagi bayi karena komposisinya sesuai dengan kebutuhan dan banyak mengandung zat antibody yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi. bayi yang mendapat ASI eksklusif morbiditas dan mortalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. menurut WHO (2004) terdapat 1-1,5 juta bayi meninggal dunia setiap tahunnya karena tidak mendapat ASI eksklusif. sementara itu angka kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan masyarakat (susenas 2001).
Hasil yang dikeluarkan survey demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) periode 1997-2002 cukup memprihatinkan. bayi yang mendapat ASI eksklusif sangat rendah. sebanyak 86% bayi mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI dan susu formula.
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa semakin banyak ibu di zaman sekarang ini tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi. menteri negara pemberdayaan perempuan meutia hatta swasono berpendapat, faktor sosial budaya ditenggarai menjadi faktor utama pada pemberian ASI eksklusif pada balita di indonesia.
Banyak faktor yang mempengaruhi pola menyusui pada masyarakat. salah satu diantaranya adalah aspek sosial budaya. sebagaimana yang dikemukakan oleh blum (1974), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat sangat tergantung pada lingkungan, termasuk lingkungan sosial. sikap ibu dalam menyusui sangat tergantung pada lingkungan sosial dan budaya dimana ia dididik. epidemiologi sosial sebagai cabang ilmu epidemiologi berfokus pada fakta-fakta sebagai hasil daripada faktor sosial diantaranya status sosial, suku, jaringan sosial, jenis kelamin, dan status ekonomi. pola fikir holistik sangat penting dalam penanganan berbagai masalah kesehatan, dikarenakan masalah kesehatan pada hakekatnya bukanlah disebabkan oleh penyebab yang berdiri sendiri, tetapi keterkaitan beberapa faktor yang saling mempengaruhi sebagaimana disampaikan blum (1974) bahwasannya kesehatan dipengaruhi oleh faktor keturunan, pelayanan kesehatan, gaya hidup dan lingkungan.
Dengan memberikan ASI eksklusif terjalin hubungan yang lebih erat antara ibu dan bayi karena secara alami dengan adanya kontak kulit, bayi merasa aman. hal ini sangat penting bagi perkembangan psikis dan emosi bagi bayi. selain itu pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. dan masih banyak keunggulan lain dari ASI eksklusif. untuk itu pemberian ASI secara eksklusif perlu ditingkatkan. untuk perlu diketahui kontribusi ibu dalam menyusui bayinya secara eksklusif.
1.2 Rumusan masalah
masih rendahnya ibu memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
1.3 Pertanyaan penelitian
1. apakah ada hubungan antara sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif?
2. bagaimanakah pola pemberian ASI?
1.4 Tujuan penelitian
1.4.1 Tujuan umum
untukmengetahui hubungan antara sosial budaya dengan pemberian ASI eksklusif.
1.4.2 Tujuan khusus
1. mengetahui pola pemberian ASI eksklusif dan yang tidak memberi ASI eksklusif.
2. mengetahui hubungan budaya dengan pemberian ASI eksklusif
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 untuk petugas
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk evaluasi dan perencanaan program yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
1.5.2 untuk puskesmas
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam peningkatan program KIA, khususnya yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 asi eksklusif
2.2 sosial budaya
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep
sosial budaya dihubungkan dengan tanda panah pemberian ASI eksklusif
3.2 Definisi operasional
kebudayaan adalah tradisi atau kebiasaan meliputi tingkah laku ibu yaitu memiliki bayi <> 6 bulan), yaitu pemberian air, jeruk, madu, air teh, pisang, pepaya, bubur susu dan biskuit.
cara ukur : wawancara
alat ukur : kuesoiner
hasil ukur :
1. budaya kurang baik, apabila ibu memberikan makanan atau minuman tambahan sebelum usia 6 bulan.
2. budaya baik, apabila ibu tidak memberikan makanan atau minuman tambahan sebelum 6 bulan.
skala ukur : ordinal
pemberian ASI eksklusif adalah memberikan makanan kepada bayi berupa ASI tanpa makanan apapun, termasuk air utih sampai bayi berusia 6 bulan.
cara ukur : wawancara
alat ukur : kuesioner
hasil ukur :
1. memberi ASI eksklusif
2. tidak memberi ASI eksklusif
skala ukur : ordinal.
3.2 Hipotesis
terdapat hubungan yang signifikan antara sosial budaya dengan pola pemberian ASI eksklusif.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain studi
dalam penelitian ini menggunakan desain studi cross secsional.
4.2 Populasi dan sampel
populasi adalah ibu yang mempunyai anak balita yang berkunjung ke puskesmas A bulan januari- desember 2007. sampel penelitian ini adalah ibu memberi dan yang tidak memberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
4.3 Proses pengumpulan data
pengambilan data dengan wawancara langsung menggunakan kuesoiner pada bulan desember 2007.
4.4 Instrumen
penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti.
4.5 Manajemen dan analisis
setelah data terkumpul, selanjutnya data :
1. dicek ulang melalui kelengkapan data.
2. diberi kode sesuai dengan kategori variabel penelitian
3. pengumpulan data dengan menggunakan komputer
4. klasifikasi data
Setelah data diklarifikasikan, dilanjutkan dengan analisis. analisis yang dilakukan meliputi :
1. analisis univariat yaitu mengetahui proporsi kategori variabel penelitian secara deskriptif.
2. analisis bivariat yaitu mengetahui hubungan antar budaya dengan pemberian ASI eksklusif. analisis ini menggunakan uji kai kuadrat.
4.6 Waktu dan tempat penelitian
pada bulan desember 2007 dilakukan penelitian d puskesmas A di desa suka maju kecamatan tak gentar kabupaten merdeka.
4.7 Keterbatasan penelitian
keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada penggunaan bahas, dikarenakan masyarakat desa tidak dapat menggunakan bahas indonesia dengan lancar. maka proses pengumpulan data harus menggunakan bahasa daerah yang digunakan di daerah setempat.
from : mahasiswi politeknik kesehatan bandung perwakilan jurusan kebidanan rangkasbitung

Tidak ada komentar: